Berangkat Umroh Berbekal Setengah Cangkir Kopi: Refleksi Nilai Pemberian Sederhana yang Berbuah karunia
“Barangsiapa yang mengerjakan
kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya”
“Dan barangsiapa yang mengerjakan
kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula”
Al Zalzalah (QS. 99:7-8)
Berangkat
umroh "gratis" (lebih tepatnya atas biaya dinas) karena kebiasaan berbagi setengah cangkir kopi. Kisah nyata ini merupakan
bukti kebenaran janji Allah SWT. Waktu kejadian peristiwa ini memang sudah lama,
sekitar 10 tahun yang lalu. Namun, latar belakang yang menjadikan keajaiban ini
terjadi baru disadari belakangan ini.
Syahdan,
pada Tahun 1999 aku mulai bekerja di suatu instansi pemerintahan. Di situ aku
bekerja sebagai auditor. Dalam awal masa kerjaku, aku belum mendapat tugas
untuk melakukan audit, mungkin karena masih baru dan masih banyak persyaratan
lain yang harus dipenuhi sebelum melakukan tugas mulia itu. Oleh karena itu,
hari-hari tugasku hanya mengetik laporan ini laporan itu di kantor.
Pada
masa itu, fasilitas perkantoran seperti komputer, printer, ATK dll masih sangat
terbatas. Oleh karena itu, untuk mendukung kelancaran tugas, aku kadang minjem
sana minjem sini. Yang penting kerjaan bisa selesai, hanya itu yang ada di
benakku. Keadaan itu rupanya ada hikmahnya. Sering ke sana ke mari membuat aku
cepat kenal dengan banyak orang di luar ruangan kerjaku. Malahan, daripada gak
ada kerjaan, aku kadang bantu kerjaan ruangan lain sambil melancarkan
keterampilan Ms.Word-ku yang kala itu masih merupakan aplikasi baru di dunia
perkantoran menggantikan Word Star (WS).
Salah satu orang
yang aku kenal saat itu adalah Pak Suyatna. Ia adalah kepala seksi di ruangan
sebelah. Kebetulan sama-sama orang Sunda, obrolan pun sering berlangsung dalam
bahasa asal kami. Saat itu, frekuensi kami bertemu tidak terlalu sering karena
kesibukan beliau yang sering tugas keluar kantor untuk melakukan audit. Alhasil
hanya sekali-kali saja kami bisa ngobrol.
Hingga
suatu saat, aku bergabung dengan salah satu perusahaan MLM yang salah satu
produknya adalah kopi yang mengandung ramuan herbal. Katanya kopi itu aman buat
orang yang punya penyakit menahun termasuk darah tinggi. Kopi itu pun menjadi
produk yang sering aku bawa ke kantor.
Dari
obrolan dengan orang-orang di ruangan sebelah, aku dengar kalau Pak Suyatna
punya penyakit darah tinggi. Akupun berinisiatif untuk berbagi kopi itu dengan
beliau. Karena jatah kopi yang kubawa hanya satu bungkus sehari, akhirnya aku
tawarkan ke Pak Suyatna apakah beliau mau kalau kopinya Cuma setengah cangkir
saja. Tidak dinyana, ternyata beliau bersedia. Kebiasaan itupun akhirnya sering
aku lakukan setiap bertemu beliau.
Ternyata,
pemberian yang sedikit itu pun berbuah banyak. Pada akhir Tahun 1999 aku dapat
beasiswa tugas belajar ke kota Malang untuk menyelesaikan pendidikan S1. Sebuah
kejutan yang luar biasa, sebelum berangkat Pak Suyatna membekali aku sejumlah
uang yang cukup buat aku untuk bayar DP uang sewa rumah selama kuliah.
Keajaiban
pemberian sederhana itu pun berlanjut. Tiap ketemu, Pak Suyatna sering
memberiku sejumlah uang sekedar untuk menambah bekal hidup yang kala itu masih
pas-pasan. Maklum statusku kan Cuma PNS golongan II. Puncaknya terjadi Tahun
2005. Nasib baik Pak Suyatna promosi ke level pejabat eselon 3 ternyata menjadi
cikal bakal untukku berngkat ke Baitullah untuk pertama kalinya. Pak Suyatna
ditugaskan untuk melakukan audit ke Kedutaan Besar Turki dan Mesir. Tidak
disangka ternyata beliau menyertakan aku untuk menjadi salah satu anggota tim
audit itu. Suatu hal yang cukup istimewa, mengingat aku bukanlah anak buahnya karena aku berada di unit kerja yang berbeda.
Perjalanan
itu pun menjadi sejarah besar dalam hidupku. Untuk pertama kalinya aku bisa pergi
ke luar negeri, tidak tangung-tanggung, langsung tiga Negara. Perjalanan di
mulai dengan kegiatan audit di Turki dan dilanjutkan ke Negeri Mesir. Skenario perjalanan pulang ke Indonesia memang harus transit, kalau tidak via Dubai, ya lewat Jeddah. Tentu saja kami memilih pulang transit via Jeddah agar bisa sekalian menjalankan ibadah umroh. Untuk keperluan itu, kami meminta izin cuti untuk melanjutkan umroh ke Mekkah. Selepas itu, kami pun melanjutkan ziarah ke Madinah, berziarah ke Makam kekasih Allah
Rasulullah Muhammad SAW.
Alhamdulillah, saat yang tidak dapat dilupakan. Bergetar rasanya hati saat mengucapkan kalimah talbiyah. Air mata pun bercucuran. Betapa besar karunia yang telah Allah karuniakan, terlebih saat itu memasuki bulan suci Ramadhan.
Alhamdulillah, saat yang tidak dapat dilupakan. Bergetar rasanya hati saat mengucapkan kalimah talbiyah. Air mata pun bercucuran. Betapa besar karunia yang telah Allah karuniakan, terlebih saat itu memasuki bulan suci Ramadhan.
لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ، لَبَّيْكَ لاَ شَرِيْكَ
لَكَ لَبَّيْكَ
إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ لاَ شَرِيْكَ
لَكَ
Labbaikallahumma Labbaik
Labbaika Laa Syarikalaka Labbaik
Innalhamda Wan Ni’mata
Laka Wal Mulk
Laa Syarikalak
Labbaika Laa Syarikalaka Labbaik
Innalhamda Wan Ni’mata
Laka Wal Mulk
Laa Syarikalak
Aku memenuhi panggilanMu ya Allah
aku memenuhi panggilanMu. Aku memenuhi panggilanMu tiada sekutu bagiMu aku
memenuhi panggilanMu. Sesungguhnya pujian dan ni’mat adalah milikMu begitu juga
kerajaan tiada sekutu bagiMu
Betapa
besar karunia yang aku terima saat itu. Tidak pernah bosan kuucapkan rasa
syukurku kepada Yang Maha Kuasa Sang Pemberi Rahmat. Janji Allah adalah benar.
Kita hanya perlu yakin karena karunia itu mudah bagi Allah SWT untuk diberikan
kepada siapa saja yang Ia suka.
Baca Juga:
Apa itu gelombang Alpha, Beta, Tetha dan Delta
Free Download MP3 - Murotal Sh. Saad Al Ghamidi
Baca Juga:
Apa itu gelombang Alpha, Beta, Tetha dan Delta
Free Download MP3 - Murotal Sh. Saad Al Ghamidi
Comments
Post a Comment